FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
FILSAFAT PENDIDIKAN
MATEMATIKA
Menggapai Keikhlasan dalam Berfilsafat

Nama : Luthfannisa Afif Nabila
NIM : 18709251031
Kelas : S2 Pendidikan Matematika B 2018
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
Menggapai
Keikhlasan dalam Berfilsafat
Luthfannisa Afif Nabila1 ,
Prof. Dr. Marsigit M.A.2
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
1. Pendahuluan
Dewasa ini, orang memandang filsafat sebagai sesuatu
yang menyeramkan. Apalagi dalam pendidikan matematika, berfilsafat menjadi
sesuatu yang semakin menyeramkan. Sesuatu yang menyeramkan muncul akibat adanya
rasa takut yang berlebihan. Rasa takut muncul karena kurang adanya keikhlasan
dalam berfilsafat. Keikhlasan itu penting dalam berfilsafat terutama dalam
pendidikan matematika. Oleh karena itu, makalah ini menjelaskan bagaimana
menggapai keikhlasan dalam berfilsafat.
2.
Pembahasan
2.1.
Keikhlasan
Secara
etimologi makna ikhlas adalah jujur, tulus dan rela. Dalam bahasa Arab, kata
ikhlas merupakan bentuk mashdar dari akhlasa yang berasal dari akar kata
khalasa. Kata khalasa mengandung beberapa makna sesuai dengan kontek
kalimatnya. Ia biasa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai) dan
I’tazala (memisahkan diri). Atau berarti perbaikan dan pembersihan sesuatu.
Sedangkan
secara istilah, makna ikhlas diungkapkan oleh para ulama sesuai dengan versinya
masing-masing :
1. Muhammad Abduh
mengatakan ikhlas adalah ikhlas beragama untuk Allah SWT. dengan selalu
manghadap kepada-Nya, dan tidak mengakui kesamaan-Nya dengan makhluk apapun dan
bukan dengan tujuan khusus seperti menghindarkan diri dari malapetaka atau
untuk mendapatkan keuntungan serta tidak mengangkat selain dari-Nya sebagai
pelindung.
2. Muhammad al-Ghazali
mengatakan ikhlas adalah melakukan amal kebajikan semata-mata karena Allah SWT.
Seorang
Mujahid Dakwah Hasan Al Banna memberikan ungkapan tentang keikhlasan : ”Tentang
keikhlasan, maka saya menginginkan agar setiap ucapan, perbatan dan jihadnya
seorang akh, seluruhnya ia tujukan untuk Allah semata, mengharap ridho dan
ganjaran pahalaNya. Tanpa mengharap harta, jabatan, penampilan titel dan
sebagainya. Pada saat irulah engkau akan menjadi sosok jundi yang mengusung
fikroh dan aqidah. Bukan jundi yang mengharap harta dan manfaat duniawi.
Katakanlah ” Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah semata, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya, dan kepada itulah aku
diperintahkan dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (Kepada
Allah).” (Al-An’am : 162-163)
Sekilas
apabila diperhatikan makna ikhlas itu ibarat seseorang yang dengan sabar membantu ibunya yang sedang
membersihkan (menampi) beras dari kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras
itu tanpa mengharap imbalan apapun.
Perlahan-lahan dengan sabar
mengambil kerikil dan batu-batu kecil. Sehingga jika nantinya
beras itu dimasak akan terasa nikmat memakannya karena sudah bersih dari
kerikil dan batu-batu kecil. Akan tetapi apabila beras itu masih kotor maka
ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil atau batu-batu kecil. Sungguh tidak
nikmatnya nasi tersebut karena masih ada yang mengganjal kenikmatan rasanya. Dari perumpamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa
keikhlasan adalah melakukan suatu perbuatan tanpa mengharap imbalan apapun.
2.2
Berfilsafat
Membaca karya filsafat merupakan kegiatan yang
menyodorkan tantangan namun sekaligus juga memberikan banyak faedah dalam
kehidupan akademis. Ada beberapa rintangan yang akan dihadapi dan untuk itulah
perlu mempersiapkan diri. Ide-ide yang dibicarakan para filsuf kadang terkesan
asing, tidak biasa, apalagi bila dengan gaya pengungkapan yang kompleks. Kita
mungkin tidak hanya menjumpai kata-kata yang sulit namun juga kalimat-kalimat
yang rumit yang kadangkala ditulis dalam gaya bahasa jaman dulu.
Para filsuf sering mengandaikan adanya latar belakang
intelektual atau kemampuan membaca dalam diri pembaca. Perasaan bahwa
tulisan-tulisan filsafat harus langsung dapat dimengerti mungkin tetap ada,
karena umumnya kita selalu menganggap diri sebagai filsuf amatir. Namun,
berfilsafat secara amatiran pun menuntut kerja keras dan latihan. Maka, mau tak
mau akan membaca karya-karya filsafat yang kebanyakan ditulis dalam cara yang
barangkali kurang lumrah bagi kita.
Akan tetapi dengan banyak membaca karya-karya filsafat
dari para filsuf dapat melatih diri untuk berfilsafat. Filsafat itu adalah dirimu sendiri. Metode berfilsafat adalah metode hidup yaitu terjemah dan terjemahkan. Terjemahkanlah
diriku, bukan aksesorisnya tetapi pikirannya dengan cara baca, baca, dan baca, kemudian
saya menerjemahkan diri anda dengan cara bertanya,ternyata masih kosong karena
belum sepenuhnya membaca. Seseorang, apalagi mahasiswa itu hanya bisanya
membaca, berusaha, berikhtiar jangan patah semangat, diteruskan saja.
Berfilsafat
itu adalah menyadari kalau saya belum tahu, menyadari dan mengetahui ketidaktahuanku, menyadari
kapan saya mulai mengetahui, menyadari batas antara tahu dan tidak tahu. Maka
benda-benda gaib itu diterangkan naik spiritual filsafat transenden, turun psikologi.
Transendennya filsafat adalah noumena. Noumena itu di luar dari fenomena. Yang dipegang
yang dilihat semua yang difikirkan yang didengar itu semua fenomena, maka ruh
dan arwah dianggap noumena.
2.3
Menggapai Keikhlasan dalam Berfilsafat
Berfilsafat
itu adalah menyadari kalau belum tahu, menyadari dan mengetahui ketidaktahuan, menyadari kapan mulai
mengetahui, menyadari batas antara tahu dan tidak tahu. Sama halnya dengan mempelajari tata
cara filsafat. Mempelajari tata cara filsafat dapat dilakukan dengan membaca.
Membaca karya filsafat memang tidaklah semudah membaca karya biasa. Butuh
pemahaman yang mendalam dan keikhlasan.
Keikhlasan dibutuhkan dalam berfilsafat. Filsafat itu
adalah dirimu sendiri. Bagaimana bisa kamu memahami dirimu sendiri jika kamu
sendiri tidak ikhlas dalam memahaminya? Ibaratnya kamu sedang ingin mempelajari
sesuatu namun kamu tidak ikhlas menjalaninya, apakah kamu melakukannya dengan
sepenuh hati ataukah setengah hati? Apakah kamu akan mendapatkan apa yang kamu
pelajari itu secara mendalam?
Berfilsafat itu bukanlah suatu hal yang mudah.
Lakukanlah dengan ikhlas. Gapailah keikhlasan dengan membiasakan dirimu untuk
bersikap ikhlas. Karena keikhlasanlah yang dapat membantumu yang kau rasa susah
menjadi lebih mudah dan bermakna. Berfilsafat itu adalah membaca, membuat
pertanyaan, merefleksikan. Filsafat itu dirimu sendiri. Lakukanlah hanya dengan
mengharap ridho Allah. Insya Allah, segalanya terasa mudah.
3. Kesimpulan
Berfilsafat
itu adalah menyadari kalau belum tahu, menyadari dan mengetahui ketidaktahuan, menyadari kapan
mulai mengetahui, menyadari batas antara tahu dan tidak tahu. Lakukanlah dengan ikhlas. Gapailah
keikhlasan dengan membiasakan dirimu untuk bersikap ikhlas. Lakukanlah hanya
dengan mengharap ridho Allah. Insya Allah, segalanya terasa mudah.
4. Daftar
Pustaka
Filsafat dalam memandang berbagai struktur kehidupan. Online di
https://www.academia.edu/17661102/Filsafat_Dalam_memandang_Struktur_Kehidupan
Hasiah. 2013. PERANAN IKHLAS DALAM PERSPEKTIF
AL-QUR’AN. Jurnal
Darul ‘Ilmi Vol. 01, No. 02
Moh. Hilmi. KEKUATAN
AKHLAK DAN KEIKHLASAN TERHADAP IMPLEMENTASI KWALITAS KEILMUAN PENUNTUTNYA. Online di
Woodhouse, Mark. 2000. Berfilsafat: Sebuah Langkah Awal.
Kanisius.
Comments
Post a Comment