Kenapa Menggoyahkan Pikiran? Belum Tentu Karena..
Filsafat. Kenapa? Kenapa filsafat? Kenapa aku semakin penasaran
padamu? Kenapa kau menggoyahkan pikiranku? Oh.. Filsafat. Semakin aku penasaran
padamu semakin berhasillah kau menggoyahkan pikiranku.. apalagi mata kuliah
filsafat ilmu ini dibawakan oleh Prof. Dr. Marsigit M.A secara unik dan berbeda
dengan perkuliahan yang lain. Kami diminta untuk duduk melingkar saat
perkuliahan, diminta merekam proses pembelajaran, dan proses pembelajaran sangat
menyenangkan seperti kami terbawa ke dalam dimensi tanpa beban, penuh canda
tawa dan rileks.. Dan satu lagi keunikan perkuliahan filsafat ini, mendapat
nilai 0 saat tes jawab singkat. Seperti pada pertemuan kedua pada hari Kamis,
20 September 2018, kami diberi 20 soal tes jawab singkat sebagai berikut :
1.
Kenapa anda kuliah?
2.
Kenapa anda telambat?
3.
Kenapa anda tampak sedih?
4.
Kenapa anda menulis?
5.
Kenapa anda mendengarkan pertanyaan saya?
6.
Kenapa anda duduk melingkar?
7.
Kenapa ruangannya dingin?
8.
Kenapa suara di luar masih terdengar?
9.
Kenapa terkejut?
10.
Kenapa menangis?
11.
Kenapa tersenyum?
12.
Kenapa bertengkar?
13.
Kenapa berbohong?
14.
Kenapa menyontek?
15.
Kenapa menyebarkan hoax?
16.
Kenapa benci?
17.
Kenapa menuduh?
18.
Kenapa tidak adil?
19.
Kenapa memfitnah?
20.
Kenapa tak mau mengerti?
Setelah kami menyelesaikan 20 soal tes jawab singkat
tersebut, Bapak Profesor Marsigit meminta kami untuk saling menukar lembar
jawaban untuk dikoreksi bersama. Beliau langsung meminta kami menuliskan nama
terang dan tanda tangan pada lembar jawaban yang kami koreksi masing-masing.
Menurut beliau, kebanyakan jawaban dari kami tidaklah lengkap karena jawaban kami
mendzholimi jawaban lainnya yang belum sempat untuk diutarakan padahal jawaban
yang lain dan belum sempat untuk diutarakan itu juga memiliki hak untuk
diutarakan. Lantas jika begitu maka mengapa hanya menjawab satu jawaban saja? Kami
terdiam, saling pandang, dan berpikir. Lalu beliau menambahkan bahwa jawaban kami
pada tes jawab singkat itu parsial, parsial itu ialah sumber persoalan. Seluruh
persoalan yang ada di dunia ini dikarenakan manusia itu parsial, dan ini sangat
berbahaya. Jawaban dari 20 soal tes jawab singkat tersebut haruslah diawali
kata “BELUM TENTU KARENA”, setelahnya kemudian baru bisa diikuti oleh jawaban
yang ingin dituliskan oleh mahasiswa yang bersangkutan. Sebagian manusia itu
sering merasa tergoda untuk menganggap dirinya mengerti dan itu berbahaya. Filsafat itu berbeda dengan matematika. Dalam matematika,
yang tadinya tidak paham berubah menjadi paham. Namun dalam filsafat itu
kebalikannya. Dalam filsafat, yang tadinya paham justru menjadi tidak paham.
Bapak Profesor Marsigit menyampaikan bahwa sebenarnya tugas beliau adalah
mengguncang-guncangkan pikiran para mahasiswa. Terjadi goncangan di dalam
pikiran itu tidaklah begitu masalah, tapi janganlah terjadi goncangan di dalam
hati. Sedikit saja ada goncangan di dalam hati itu datangnya dari syaiton/setan.
Berkaitan dengan tugas beliau untuk mengguncang-guncangkan
pikiran kami, pada pertemuan selanjutnya yaitu pada pertemuan ketiga pada hari
Kamis, 27 September 2018, timbullah pertanyaan dari dalam diri saya yang saya
ajukan kepada beliau yaitu : “Mengapa filsafat menggoyahkan yang mantap menjadi
tidak mantap?” Dan beliau menjawab : “Kehidupan
berfilsafat menggunakan ilmu. Bapak Profesor Marsigit bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan karena menggunakan fisika sehingga belajar metafisika.
Contoh metafisika bisa melalui warna handphone Bapak Profesor Marsigit. Beliau
bertanya : “Apa warna handphone ini?” Kami menjawab “Hitam”. Ternyata jawaban
kami salah dan kami tidak ada yang menyadarinya. Ilmu fisika mengatakan, warna
adalah gelombang pantulan dari benda karena sinar. Tapi yang sebenar-benarnya
warna adalah milik yang terserap dari benda itu yang tidak dipantulkan. Maka
warna hitam sebenarnya adalah pantulan dari cahaya yang memasuki mata. Apa yang
dipantulkan ke mata bukan warnanya melainkan yang terserap dari benda. Jadi
warna handphone beliau adalah selain hitam. Manusia pada hakekatnya dalam
keadaan merugi karena salah tapi sebagian kecil dari mereka mengetahui
kesalahannya. Berfilsafat merefleksikan diri dan bukan diri. Karena sebenarnya yang mantap itu
sudah berupa menjadi mayat akibat tidak berpikir lagi. Berfilsafat adalah olah
pikir yang sebenar-benarnya. Seperti warna handphone tadi, jika mantap mengatakan
berwarna hitam maka tidak berpikir. Itulah mengapa manusia sering terperangkap
oleh mitos. Pikiran kacau sedang mengalami disorientasi.
Filsafat adalah sopan santun. Filsafat adalah kedudukan. Filsafat adalah
adab. Filsafat adalah derajat. Untuk memperolah derajat yang tinggi, maka
raihlah maghfirah, sakinah, mawaddah, dan warohmah. Hidup harus semangat agar
tidak terancam kematian. Sebenar-benarnya mayat, sudah tidak berfungsi seperti
dengan fungsinya. Itulah keterbatasan manusia.”
Selanjutnya kembali lagi mengenai 20 soal tes jawab
singkat diatas, Bapak Profesor Marsigit menyampaikan bahwa seluruh mahasiswa
mendapat skor 0 pada tes jawab singkat di atas adalah sebagai wujud dari
melakukan perbuatan dengan sangat yakin dan optimis padahal sebenarnya sama
sekali tidak mengerti. Filsafat apabila ditingkatkan adalah spiritual. Semuanya
itu adalah spiritual, padahal filsafat itu ya semuanya, termasuk filsafat
spiritual. Filsafat spiritual itu adalah memikirkan perasaan. Spiritual itu
adalah perasaan, hati, doa, kuasa Tuhan, tidak cukup hanya dengan pikiran.
Tetapi kita perlu ilmu dan berpikir untuk mengisi spiritual. Prinsip-prinsip
spiritualitas sebagian juga berlaku di dalam filsafat, misalnya dalam kehidupan sehari-hari bahwa manusia itu
tidak boleh sombong. Sombong itu adalah godaan setan, dimana sombong itu
tertutup dan merasa bisa. Contoh nyatanya adalah yang dilakukan seluruh
mahasiswa saat menjawab pertanyaan tes jawab singkat, dimana mahasiswa tidak
mengetahui tapi bisa menulis, itu adalah bukti dari kesombongan. Simbol dari
kesombongan itu adalah aku dan keakuan, maka Tuhan itu sangat benci pada
kesombongan. Sombong itu bisa sadar dan tidak sadar, karena bisa saja karena
sudah terbiasa dan memang tabiatnya. Di dalam filsafat, ilmu yang paling tinggi
adalah dimana seseorang merasa dia sudah tidak memahami apapun. Sehingga dunia
ini kontradiksi, dimana Bapak Profesor Marsigit tidak sama dengan Bapak
Profesor Marsigit. Jika A = A maka itu harus terbebas dari ruang dan waktu, dan
yang terbebas dari ruang dan waktu itu adanya di dalam pikiran.
Comments
Post a Comment